Mimiti Coffee & Space Tak Berusaha Menarik Pengunjung dengan Fasad Mencolok
TABLOIDBINTANG.COM - Saat hujan turun para pengunjung kedai kopi Mimiti Coffee & Space di Bandung ini merapat ke dalam ruangan. Begitu hujan reda atau pada saat cuaca cerah, mayoritas pengunjung akan memimilih duduk di halaman, di bawah bayangan pohon pakis brazil yang tumbuh dengan cepat. Diakui oleh salah satu pemiliknya, Mimiti Coffee memang identik dengan suasana dan titik-titik foto yang menarik. Itu sebabnya Mimiti bukan hanya tentang kopi, tapi juga space (ruang).
Mimiti Coffee tidak berusaha menarik orang yang melintasi di depannya dengan fasad yang mencolok. Dari depan tidak terlihat ada yang menggugah orang untuk berhenti, apalagi mampir. Kenyataannya, baru lepas beberapa menit dari pukul delapan pagi, waktunya kedai ini buka, pengunjung sudah berdatangan.
Media sosial mempercepat penyebaran informasi tentang Mimiti Coffee, selain antusiasme para pelanggan setia mereka yang sudah sering nongkrong sejak di lokasi terdahulu. Mimiti—dari bahasa Sunda yang berarti yang pertama—memang belum setahun pindah ke area di sekitar simpang Dago ini.
Alvin, salah satu pemilik Mimiti Coffee mengungkapkan bahwa lokasi sekarang merupakan hasil pemugaran dari bangunan sebelumnya. Arsiteknya ayahnya, Yohannes Arifin, arsitek lulusan Universitas Parahyangan. "Saya hanya mengikuti saja apa ide-ide dari Alvin dan teman-temannya. Termasuk soal akses masuk yang tidak berada di bagian depan bangunan. Tamu diarahkan untuk menyusuri jalan kecil di samping bangunan untuk sampai ke kedai kopi. Mereka diberi elemen kejutan, sebuah taman belakang yang lega," kata Yohannes Arifin.